Kendal, Kemdikbud --- Berada di tengah-tengah
anak berkebutuhan khusus, ada dua hal yang bisa dijadikan pelajaran
berharga. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh mengatakan, kedua hal tersebut adalah sifat semangat
pantang menyerah dan keikhlasan. "Mereka memberi inspirasi kepada kita,"
kata Mendikbud saat memberi sambutan pada peresmian sekolah luar biasa
(SLB) Muhammadiyah Surya Bangsa, di Kendal Jawa Tengah, Sabtu
(04/10/2014).
Dalam acara peresmian tersebut, ada dua siswa SLB yang menampilakan kebolehannya. Dengan keterbatasannya dalam melihat, Ida dan Ponco Lukito menyuguhkan lantunan ayat suci Al Quran dan sebuah lagu yang berjudul "Ayah". Dari keduanya, kata Mendikbud, semangat pantang menyerah ditunjukkan kepada seluruh hadirin yang datang. Mereka belajar mengaji dan bernyanyi tanpa harus melihat kitab suci dan lirik lagu. "Semangat seperti ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia," katanya.
Pelajaran kedua, katanya, adalah ikhlas. Menjadi tuna netra tentu bukanlah keinginan anak-anak berkebutuhan khusus. Tapi dengan keikhlasan, mereka tetap bisa berkarya dan berguna di masyarakat.
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus pula, Mendikbud mengatakan, kementerian juga akan memberikan fasilitas khusus. Untuk anak-anak tuna netra misalnya, bulan Oktober ini akan diresmikan sentra-sentra yang mencetak alat bantu mesin-mesin Braille. "Kami berikan dukungan penuh," tutur mantan Rektor Institut Sepuluh November tersebut.
Dan bagi para guru SLB, Mendikbud mengatakan disiapkan tunjangan khusus bagi mereka. Nominalnya Rp1,5 juta per bulan. Syaratnya, para tenaga pendidik ini harus sudah memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). "Dan kalau para PTK ini belum memiliki NUPTK, maka segera diselesaikan administrasinya," katanya. (Aline Rogeleonick/sumber: kemdikbud.go.id/pengunggah: Erika Hutapea)
Dalam acara peresmian tersebut, ada dua siswa SLB yang menampilakan kebolehannya. Dengan keterbatasannya dalam melihat, Ida dan Ponco Lukito menyuguhkan lantunan ayat suci Al Quran dan sebuah lagu yang berjudul "Ayah". Dari keduanya, kata Mendikbud, semangat pantang menyerah ditunjukkan kepada seluruh hadirin yang datang. Mereka belajar mengaji dan bernyanyi tanpa harus melihat kitab suci dan lirik lagu. "Semangat seperti ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia," katanya.
Pelajaran kedua, katanya, adalah ikhlas. Menjadi tuna netra tentu bukanlah keinginan anak-anak berkebutuhan khusus. Tapi dengan keikhlasan, mereka tetap bisa berkarya dan berguna di masyarakat.
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus pula, Mendikbud mengatakan, kementerian juga akan memberikan fasilitas khusus. Untuk anak-anak tuna netra misalnya, bulan Oktober ini akan diresmikan sentra-sentra yang mencetak alat bantu mesin-mesin Braille. "Kami berikan dukungan penuh," tutur mantan Rektor Institut Sepuluh November tersebut.
Dan bagi para guru SLB, Mendikbud mengatakan disiapkan tunjangan khusus bagi mereka. Nominalnya Rp1,5 juta per bulan. Syaratnya, para tenaga pendidik ini harus sudah memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). "Dan kalau para PTK ini belum memiliki NUPTK, maka segera diselesaikan administrasinya," katanya. (Aline Rogeleonick/sumber: kemdikbud.go.id/pengunggah: Erika Hutapea)